abchje90

Minggu, 10 Juli 2011

Seni kadang tak bercerita tentang kepedulian, lebih jauh kadang seni itu lebih mementingkan diri sendiri yang dengan sendirinya berakhir dengan penyesalan.

Meskipun saya tak tau bagaimana menghasilkan gambar yang dapat dikatakan sebuah seni menggunakan kamera digital dengan teknik pencahayaan & pengambilan gambar tepat, tapi sy sdikit paham akan sebuah seni dan menurut saya  Seni rupa Fotografi secara umum adalah proses penghasilan gambar & cahaya, penjabarannya tak lain berarti "menulis atau melukis dengan cahaya". Seni secara umum adalah "Ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan kedalam kreasi dalam bentuk gerak, rupa, nada, syair, yang mengandung unsur-unsur keindahan, sesuatu yang begitu menarik perhatian bahkan juga dapat menimbulkan kontroversi sehingga dapat mempengaruhi perasaan orang lain.


Gambar disamping di beri nama "Waiting a meal". Perhatikan baik-baik jika anda belum pernah melihat gambar ini sebelumnya, gambar ini sdh lama beredar di dunia maya. Gambar ini diambil oleh Fotogtafer Kevin Carter pada bulan Maret 1993 yang bertugas untuk meliput pemberontakan yang sedang terjadi di negara sudan, Afrika Selatan. 


Kevin Carter (lahir 13 September 1960 di Johannesburg - 27 Juli 1994 di tebing sungai Braamfonteinspuit, Afrika selatan) ia adalah seorang unggulan photojournalist Afrika Selatan dan anggota dari Bang-Bang Club. Carter sudah mulai bekerja sebagai fotografer (fhotografer freelance) pekan olahraga pada tahun 1983. Pada tahun 1984 ia pindah ke Johannesburg untuk bekerja. Dia ini tergolong fotografer nekad, dimana ada perang disitu dia datang. Bersama 3 temannya, mereka dijuluki sebagai ‘Bang Bang Club' dan si Kevin sendiri dijuluki sebagai ‘Kaffir-Boetie’. Dalam bahasa Afrika artinya ’Negro Lover’ lantaran hobinya emang bergaul sama tentara2 bayaran di afrika.

Akhirnya setahun kemudian gambar ini membuat si kevin carter mendapat penghargaan bergengsi yaitu Pulitzer di AS pada tahun 1994. Setelah gambar itu meraih penghargaan dan berhasil menarik perhatian banyak orang, banyak pula yang arogan dan mempertanyakan bagaimana dengan nasib gadis kecil itu selanjutnya " Apakah si Kevin menyelamatkan anak itu?". Kevin kemudian bercerita

"Ketika mengunjungi sebuah kampung, tiba-tiba ia mendengar rengekan anak-anak yang membuat langkahnya terhenti. Setelah dia mencari dan memperhatikan sekeliling, Ia menemukan seorang anak perempuan menangis sedang duduk bersujud di atas tanah tidak jauh darinya. Anak yang sama sekali tidak mengenakan pakaian sedang duduk melepaskan lelah karena tidak berdaya lagi untuk berjalan ke tempat penampungan pengungsi milik PBB yg berjarak 1 km dari tempat dia berada. Perempuan kecil itu menangkupkan kepala ke tanah dan memejamkan mata. Nafasnya lemah dengan tulang-tulangnya yang menonjol. Tidak jauh darinya, tampak seekor burung pemakan bangkai sedang berdiri memperhatikan dan menunggu kematian anak tersebut. Namun, Kevin tidak segera mengambil kameranya, tetapi menunggu sang burung meninggalkan anak itu. Akan tetapi setelah dua puluh menit menanti, burung itu tak juga pergi, Kevin segera mengambil gambar anak tersebut dan bergegas berlalu ke tempat lain". 

Kemudian, gambar itu dijualnya kepada majalah New York Times dan pada tanggal 26 Maret 1993, gambar tersebut diedarkan. Tanpa di duga, hari itu juga meja redaksi majalah tersebut tidak putus-putus menerima panggilan dari para pembaca yang menanyakan perihal anak kecil tersebut. Redaksi majalah itu menyatakan bahwa, anak perempuan itu tidak diketahui lagi nasibnya. Setahun kemudian, tanggal 2 April 1994, Kevin mendapat kabar dari redaksi New York Times, bahwa fotonya telah dipilih sebagai pemenang utama fotografi Pulitzer Prize. Kevin menerima penghargaan itu tanggal 23 Mei 1994 di Colombia University, Amerika Serikat.
Semenjak itu, namanya melonjak, hadiah tersebut merupakan anugerah tertinggi dalam karier wartawan. Semenjak itu pula, Kevin merasakan rasa bersalah yang luar biasa karena tekanan pihak luar yang mempertanyakan sisi manusiawi dalam dirinya setelah mengambil gambar tersebut. Menurut sahabat Kevin, setelah mengambil gambar-gambar anak kelaparan tersebut di Sudan, Kevin dihantui akan pemandangan tersebut. Ia duduk di bawah sebatang pohon dan menangis tak henti-henti. Dia tertekan dan berusaha untuk melupakan kejadian itu, namun semuanya gagal. Kecaman dari berbagai pihak yang marah dan berpendapat dirinya hanya mementingkan profesinya melebihi naluri kemanusiaan hakiki karena tidak membawa anak itu ke pusat makanan.

Dua bulan setelah mendapatkan penghargaan istimewa itu, pada tanggal 27 Juli 1994, dunia jurnalistik dihebohkan oleh berita kematiannya yang fenomenal. Kevin mati bunuh diri di dalam truk di tebing sungai Braamfonteinspuit, Afrika selatan. Dia bunuh diri dengan cara menyalurkan asap dari ekzoske dalam kendaraanya. Di sisi mayatnya ditemukan selembar catatan yang disimpulkan dalam bhs indonesia seperti dibawah ini:

"Aku tertekan, tiada duit sewa, duit untuk anak-anakku.. Hutang...aku terlilit hutang!!!! Aku dihantui ingatan-ingatan yang menakutkan tentang kematian, Mayat, kemarahan, kesakitan… Anak-anak yang kelaparan dan luka, orang-orang yang gembira apabila melakukan pengrusakan, si pembunuh… Aku ingin pergi menyusul Ken (Oosterbroek), itupun kalau aku bernasib baik.”
Ken Oosterbroek, merupakan sahabat baik kevin. Dia terbunuh sebulan sebelum ke Tokaza, akibat tertembak secara tidak sengaja saat merekam gambar pertempuran.

Kevin telah berusaha menjelaskan bahwa dia tidak berani menyentuh anak perempuan tersebut karena takut terjangkit berbagai penyakit, namun kecaman demi kecaman yang ditanggungnya terlalu berat, ditambah lagi dengan masalah keuangan yang menghimpitnya, akhirnya ia memutuskan untuk bunuh diri.
Download lagu Kevin Carter oleh Manic Street Preachers yang di dedikasikan untuk Kevin Carter sendiri Disini
Berikut beberapa gambar yang di hasilkan Kevin Carter selama di Sudan.





Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]



<< Beranda